CONTOH TULISAN ILMIAH POPULER
Telepon Genggam Beracun Bagi Manusia dan Lingkungan
Mulai dari proses produksi hingga akhirnya
menjadi barang bekas, telepon genggam (handphone) mampu mengontaminasi manusia
dan lingkungan. Lebih berbahaya lagi, polusi yang dihasilkan handphone sulit
untuk dideteksi.
Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ecology Center dari Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat, dan ifixit.com.
Mereka membedah 36 model handphone yang berbeda. Tiap satu model handphone
setidaknya mengandung satu elemen beracun: timah, bromine, klorin, merkuri, dan
kadmium.
Diketahui handphone yang paling sedikit
racunnya adalah Motorola Citrus. Sedangkan yang paling "kotor" adalah
iPhone 2G. Namun, catatan ini kemudian diperbaiki oleh Apple sebagai produsen
iPhone. Dua varian teranyarnya, iPhone 4S dan iPhone 5 menjadi pemuncak dalam
daftar lima handphone terbersih.
Meski demikian, Jeff Gearhart sebagai Direktur
Riset Ecology Center menyatakan, telepon terbaik pun masih penuh dengan bahan
kimia berbahaya. "Bahan-bahan kimia ini, berhubungan dengan cacat lahir,
gangguan belajar, dan masalah kesehatan serius lainnya, ditemukan di tanah
dengan level antara 10 hingga 100 kali lebih berbahaya dari tempat daur ulang
elektronik di Cina," ujar Gearhart.
Secara keseluruhan, penelitian ini melibatkan
1.106 handphone yang dibongkar dan diuji oleh tim di ifixit.com menggunakan
sinar-X. Teknik ini membombardir sebuah objek dengan radiasi. Sinar radiasi
yang dirilis kembali oleh objek tersebut kemudian diukur. Dari sini bisa
teridentifikasi materi-materi tertentu yang dirilis oleh si objek.
Sumber polusi dan risiko kesehatan terbesar
dari handphone berasal dari bahan-bahan mineral yang digunakan, proses produksi
peralatan, dan pembuangannya. Menurut Gearhart, untuk mencegah risiko lebih
besar, dibutuhkan insentif agar tercipta desain elektronik konsumen yang lebih
hijau.
Menurut data dari Environmental Protection
Agency (EPA), AS, di tahun 2009 terdapat 2,37 juta ton peralatan elektronik
yang memasuki masa "manajemen akhir hidup." Itu artinya,
barang-barang tersebut sudah rusak, mati, kadaluarsa, atau tidak diinginkan
lagi.
Dari sekian sampah digital, hanya 25 persen di
antaranya yang masuk pusat daur ulang. "Sampah elektronik adalah masalah
besar yang bisa menyebabkan bahan-bahan kimia merembes ke air minum dan
meracuni lingkungan," ujar Kyle Wiens, CEO dari ifixit.com
(Sumber: Discovery News)
Posted 25th April by Panji Pawitra Al Affiat
0 komentar:
Posting Komentar