23 August 2013 | 08:14
Nilai
Rupiah tiap hari terus terpuruk terhadap mata uang US Dollar. Harga kebutuhan
pokok dan segala macam barang yang kandungan impor-nya tinggi melonjak harganya
tak terbendung. Pengusaha langsung menghentikan sementara langkah investasi di
Indonesia sambil melihat waktu yang tepat sekiranya ada perubahan ekonomi dan
politik. Pengusaha melihat krisis moneter seperti tahun 1998 membayang di depan
mata,sebab setahun yang lalu nilai Rupiah masih di kisaran Rp.9700 per 1 US
dollar,sekarang sudah mencapai Rp.11ribu lebih. Artinya Rupiah sudah terpuruk
diatas 13 % lebih.
Kenapa
menghubungkan krisis Moneter 2013 dengan 1998 ? Sebab krisis moneter
1997-1998,Indonesia paling parah diantara negara-2 lain yang terkena krisis
seperti Korea Selatan,Thailand dan Philipina ; Selain itu ada beberapa alasan
yang menjadi kemiripan krisis 2013 ini mirip dengan krisis 1998 (Indonesia
selalu paling parah diantara negara lain yang terkena krisis moneter) :
·
Utang Indonesia yang terus
membengkak (+/- 2000 trilliun lebih)
·
Kepastian hukum tidak ada,pejabat
abdi hukum negara berlaku koruptif
·
Krisis 1998 diawali dengan usainya
Pemilu 1997 ; krisis 2013 mengawali Pemilu 2014
·
investasi sangat sulit,perijinan
sangat lambat (pejabat perijinan mempersulit untuk tujuan koruptif)
·
Petugas Pajak mencari-cari
kesalahan pengusaha untuk tujuan koruptif
·
Keamanan sangat rawan,kejahatan
meningkat tajam ; Polisi ditembaki penembak misterius.
·
Para petinggi Militer dan Polri
sangat kaya raya,tidak sesuai dengan pendapatan yang diterimanya.
·
Lingkungan keluarga Presiden penuh
dengan isu korupsi yang membelit mereka (buku yang dikarang oleh Goerge
Aditjondro dan berita koran di Australia tentang Keluarga Cikeas terus merasuk
di pikiran rakyat Indonesia)
·
Kekuasaan bukan untuk
kesejahteraan rakyat,tetapi untuk bisa korup ; Gubernur/Bupati/Walikota berebut
kekuasaan lewat Pilkada,tetapi hanya sedikit yang menang Pilkada bekerja jujur
seperti Jokowi-Ahok)
·
Ada “pergolakan” ketidak-puasan
terhadap pemerintahan yang ada ; Lihat saja opini yang terus menerus beredar di
dunia maya dan berita di surat khabar.
·
Adanya “capital outflow” yang
dilakukan investor asing dan pengusaha dalam negeri
·
Para menteri di Kabinet sudah
tidak fokus terhadap pekerjaannya,tetapi lebih fokus ke Pemilu 2014 ; Isu para
menteri sudah tidak lagi menuruti perintah Presiden sudah beredar cukup luas.
·
Tuntutan kenaikan upah yang tinggi
di 2014,apalagi ditimpa krisis moneter dengan harga-2 yang melambung menjadi
alasan buruh menuntut kebutuhan hidup layak harus terpenuhi. Ini akan menjadi
“pemicu” sebab tekanan Rupiah berpengaruh terhadap upah buruh dan kebutuhan
hidup mereka.
13 alasan diatas
akan menjadi batu karang yang keras bagi penyelesaian krisis moneter menjelang
berakhirnya tahun 2013 ; Diperkirakan krisis ini akan memakan waktu
berbulan-bulan hingga akhir tahun ini,bahkan ada yang memprediksi sampai tahun
depan,krisis ini akan mencapai puncaknya. Apakah pemerintahan SBY akan bertahan
terhadap krisis moneter ini atau gelombang demonstrasi Mahasiswa dan masyarakat
yang didukung oleh tokoh-tokoh nasional akan terjadi seperti tahun 1998 sangat
tergantung kepada cepat atau lambatnya krisis ini berlalu.msemakin lambat
krisis moneter ini terselesaikan,maka ada kemungkinan gelombang demonstrasi
akan memperparah penyelesaian krisis moneter ini ; Ibaratnya pemerintahan SBY
ini sedang kejar-kejaran terhadap waktu.
Melihat betapa 13 masalah yang terjadi diatas
menjadi satu masalah yang saling bertumpuk,apapun “resep” yang akan dikeluarkan
oleh Pemerintahan SBY bisa jadi tak akan berguna. Ini persis sama ketika itu
Soeharto mengeluarkan banyak jurus kebijakan moneter tetapi tidak berhasil
meredam krisis,sebab akar masalahnya sudah menumpuk di penegakan hukum
(koruptif) ,penyelenggara negara di bidang ekonomi dan politik yang koruptif
serta keamanan. Saat ini wibawa pemerintah SBY hanya masih ada di unsur
“Keamanan” saja,dimana TNI dan Polri masih belum bertindak apapun karena belum
ada gelombang demonstrasi yang menyatakan ketidak-percayaan terhadap pemerintah
SBY.
Kalau saja penyelenggara politik dan ekonomi
di daerah mendukung dengan berlaku tanggap terhadap perbaikan ekonomi di
daerahnya dengan mengutamakan investasi tanpa mempersulit perijinan investasi
(umumnya yang mereka lakukan dengan mempersulit walau perijinan sudah dibuat
“satu atap” adalah para pejabatnya sering tidak berada di tempat,sehingga minta
diatur untuk bertemu khusus,dll dan ujung-2nya adalah minta “uang”,kalau tidak
berkas-2 dokumennya dinyatakan kurang lengkap,dll) ; Demikian pula dengan para
petugas pajak di daerah yang malah memperkaya diri sendiri dan berlaku curang
sehingga investor ketakutan karena belum apa-2 sudah dikejar pajak ini-itu.
Namun sepertinya hal ini tidak mudah diatasi oleh Pemerintah Pusat dengan
cepat,oleh karena itu setiap ada krisis moneter global,dipastikan Inodnesia
lebih parah dari negara-2 lain yang juga terkena krisis. Persoalannya kembali
kepada Sumber Daya Manusia para pejabat negara dari mulai level rendah sampai
ke level tinggi,hampir semuanya koruptif!
Analisis :
Krisis moneter
sering terjadi di negara kita, negara Indonesia. Menurut tulisan diatas semua
terjadi karena Nilai Rupiah tiap hari terus terpuruk terhadap mata uang US
Dollar. Harga kebutuhan pokok dan segala macam barang yang kandungan impor-nya
tinggi melonjak harganya tak terbendung. Selain itu, tulisan diatas juga
menjelaskan tentang 13 alasan yang menjadi kemiripan krisis 2013 ini mirip
dengan krisis 1998 yang terjadi di Indonesia.Tulisan di atas juga memberikan
saran yaitu Kalau saja penyelenggara politik dan ekonomi di daerah mendukung
dengan berlaku tanggap terhadap perbaikan ekonomi di daerahnya dengan
mengutamakan investasi tanpa mempersulit perijinan investasi, maka mungkin saja
kris ekonomi di negara kita ini dapat berkurang.
0 komentar:
Posting Komentar